Senin, 07 April 2008

Cak Pai - sampai mati tetap buruh

DALAM BELENGGU RANTAI KEMISKINAN.



Namanya Pai hamper semua tetangganya tua muda bahkan anak anak memanggil Cak Pai meskipun cak Pai sudah berusia lebih 60 tahun , saya masih ingat Cak Pai adalah anak Pakwo Juki yang pekerjaannya adalah buruh tani , dalam ukuran sekarang Pakwo Juki termasuk masarakat dengan pendapatan dibawah (dibawah jauh) garis kemiskinan, garis itulah yang juga diwariskan ke Cak Pai, diusianya yang mestinya sudah harus menikmati masa pensiun Cak Pai masih harus bergelut mencari nafkah untuk makan sehari hari, sebagai buruh tani hanya tenagalah yang bisa dijual, nah masalahnya seusia Cak Pai kalau lagi sakit berarti tidak bekerja dan berarti juga tidak punya pendapatan, suatu hari Cak Pai mengalami kecelakaan kakinya terkena bajak disawah, untuk ukuran orang masa kini pasti sudah sibuk ke rumah sakit klas satu dengan dokter specialis dan harus menjalani operasi dengan biaya yang tidak murah, lain halnya dengan Cak Pai cukup ke Pak Mantri desa, dijahit diobati sekedarnya diperban dan pasti tidak bisa bekerja kesawah, yang artinya hidupnya harus lebih prihatin.

Cak Pai juga punya beberapa anak dan dengan kondisinya semacam itu anak anaknya juga mewarisi profesi bapaknya, mewarisi garis yang juga telah diturunkan kepada bapaknya, apalagi kalau tidak sebagai buruh tani, salah satu anaknya perempuan namanya yu Sumini bekerja sebagai buruh tanam, buruh menyiang dan buruh panen, pokoknya pekerjaan pekerjaan berat dan hamper selalu dialam terbuka dibawah terik matahari dihembus angin yang kadang kurang bersahabat dan diterpa gerimis sampai hujan deras adalah hal yang biasa.

Yu Sumini yang dikawin juga oleh buruh tani mempunyai anak salah satu namanya Titin, Titin masih lumayan masih sempat mengenyam pendidikan sampai lulus Sekolah Menengah Pertama, namun di zaman sekarang dengan pendidikan SMP tentulah sulit untuk bersaing dalam mencari pekerjaan yang lebih layak, sehingga akhirnya Titin diawinan juga dengan pria dengan profesi buruh tani, kembali garis kemiskinan yang diwariskan pakwo Juki ke Cak Paid an diteruskan ke Yu Sumini diteruskkan lagi Ke Titin – rantai tak berujung – rantai kemiskinan.

Nah sekarang Titin juga sudah punya anak masih balita – pertanyaanya yalah apakah anak Titin juga akan mewarisi rantai kemiskinan diatas dan apakah mungkin pendidikan bisa memutus rantai tersebut, setelah melihat fakta bahwa ternyata pendidikan yang diidamkan dapat memutus rantai kemiskinan belum tentu memberi jawaban.



YU RAMINTEN - SIAPA PEDULI ?


Namanya sangat sederhana Raminten sesederhana orangnya, lengkapnya Raminten binti Nawi Bor, dulunya rumah P Nawi dari bambu dengan atap daduk (dibuat dari daun tebu kering) berlantai tanah dengan sumur yang digali begitu saja tanpa ada pasangan batu merah sebagai dinding sumurnya . Sejak kecilRaminten sudah akrab dengan kemiskinan menginjak besar dia ikut kerja buruh adang (menank nasi dirumah orang, biasanya menanak cukup banyak karena untuk konsumsi orang kerja disawah).

Sampai seusia diatas Raminten belum pernah kawin atau menikah, so kemiskinan dan penderitaan akan dipikulnya sendiri, satu keputusan telah diambil dia tidak akan mewariskan garis dan rantai kemiskinan, begitu suatu saat Yu Raminten dipanggil keharibaan Nya - terputuslah warisan rantai kemiskinan.