Jumat, 26 Desember 2008

Mereka tak berdaya dan tak mungkin diberdayakan

SEDEKAH MENGHAPUS KESALAHAN.

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al Baqarah 271


Namanya Yu Seneng - janda tua tanpa anak tanpa hak pensiun


Beberapa diantara tetanggaku memang fakir absolut, kerentaannya dan keterbatasannya dalam hampir semua aspek membuat dia memang tidak berdaya dan sangat tidak mungkin untuk diberdayakan, mereka adalah bagian dari kita bagian dari lingkungan kita sebagai khalifah, apabila bapak ibu berkenan mengunjungi desaku silahkan atau apabila ibu berkenan memberikan beras dan ibu belum sempat berkunjung silahkan ibu kirimkan ke rekening yayasan darussalam BRI cab Jombang 6243-01-000611-53-2


Disinilah dia tinggal - betul betul model minimalis


Menu apa ya dari seperti ini ?


Diteras ini sore sampai malam hari bersantai



Rabu, 24 Desember 2008

Idul Qurban 1429 H di Desaku








Desaku sangat terpencil Dusun Kedungpapar Desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.

Senin, 07 April 2008

Cak Pai - sampai mati tetap buruh

DALAM BELENGGU RANTAI KEMISKINAN.



Namanya Pai hamper semua tetangganya tua muda bahkan anak anak memanggil Cak Pai meskipun cak Pai sudah berusia lebih 60 tahun , saya masih ingat Cak Pai adalah anak Pakwo Juki yang pekerjaannya adalah buruh tani , dalam ukuran sekarang Pakwo Juki termasuk masarakat dengan pendapatan dibawah (dibawah jauh) garis kemiskinan, garis itulah yang juga diwariskan ke Cak Pai, diusianya yang mestinya sudah harus menikmati masa pensiun Cak Pai masih harus bergelut mencari nafkah untuk makan sehari hari, sebagai buruh tani hanya tenagalah yang bisa dijual, nah masalahnya seusia Cak Pai kalau lagi sakit berarti tidak bekerja dan berarti juga tidak punya pendapatan, suatu hari Cak Pai mengalami kecelakaan kakinya terkena bajak disawah, untuk ukuran orang masa kini pasti sudah sibuk ke rumah sakit klas satu dengan dokter specialis dan harus menjalani operasi dengan biaya yang tidak murah, lain halnya dengan Cak Pai cukup ke Pak Mantri desa, dijahit diobati sekedarnya diperban dan pasti tidak bisa bekerja kesawah, yang artinya hidupnya harus lebih prihatin.

Cak Pai juga punya beberapa anak dan dengan kondisinya semacam itu anak anaknya juga mewarisi profesi bapaknya, mewarisi garis yang juga telah diturunkan kepada bapaknya, apalagi kalau tidak sebagai buruh tani, salah satu anaknya perempuan namanya yu Sumini bekerja sebagai buruh tanam, buruh menyiang dan buruh panen, pokoknya pekerjaan pekerjaan berat dan hamper selalu dialam terbuka dibawah terik matahari dihembus angin yang kadang kurang bersahabat dan diterpa gerimis sampai hujan deras adalah hal yang biasa.

Yu Sumini yang dikawin juga oleh buruh tani mempunyai anak salah satu namanya Titin, Titin masih lumayan masih sempat mengenyam pendidikan sampai lulus Sekolah Menengah Pertama, namun di zaman sekarang dengan pendidikan SMP tentulah sulit untuk bersaing dalam mencari pekerjaan yang lebih layak, sehingga akhirnya Titin diawinan juga dengan pria dengan profesi buruh tani, kembali garis kemiskinan yang diwariskan pakwo Juki ke Cak Paid an diteruskan ke Yu Sumini diteruskkan lagi Ke Titin – rantai tak berujung – rantai kemiskinan.

Nah sekarang Titin juga sudah punya anak masih balita – pertanyaanya yalah apakah anak Titin juga akan mewarisi rantai kemiskinan diatas dan apakah mungkin pendidikan bisa memutus rantai tersebut, setelah melihat fakta bahwa ternyata pendidikan yang diidamkan dapat memutus rantai kemiskinan belum tentu memberi jawaban.



YU RAMINTEN - SIAPA PEDULI ?


Namanya sangat sederhana Raminten sesederhana orangnya, lengkapnya Raminten binti Nawi Bor, dulunya rumah P Nawi dari bambu dengan atap daduk (dibuat dari daun tebu kering) berlantai tanah dengan sumur yang digali begitu saja tanpa ada pasangan batu merah sebagai dinding sumurnya . Sejak kecilRaminten sudah akrab dengan kemiskinan menginjak besar dia ikut kerja buruh adang (menank nasi dirumah orang, biasanya menanak cukup banyak karena untuk konsumsi orang kerja disawah).

Sampai seusia diatas Raminten belum pernah kawin atau menikah, so kemiskinan dan penderitaan akan dipikulnya sendiri, satu keputusan telah diambil dia tidak akan mewariskan garis dan rantai kemiskinan, begitu suatu saat Yu Raminten dipanggil keharibaan Nya - terputuslah warisan rantai kemiskinan.

Minggu, 17 Februari 2008

YAYASAN DARUSSALAM





Adam diciptakan sebagai cholifah dibumi nah tentu sebagai keturunan Adam kita juga menyandang gelar cholifah di bumi, cholifah ibarat buruh gembala domba, ada jenis gembala yang mementingkan diri sendiri, makan kenyang dan memuaskan sahwat dulu, baru dengan acuh tak acuh menggembala dombanya dan lebih fatal lagi dia minta uang ke majikannya untuk beli pakan domba yang pada kenyataannya dimakan sendiri (makan raskin, makan minyak bersubsidi, makan obat kaum miskin, makan dana bantuan operasional sekolah, dan yang ngetren makan gratifikasi dll), tetapi tentu ada gembala yang mengutamakan domba yang diamanatkan, dengan kasih sayang digiring dombanya kelapangan rumput hijau, setelah dombanya makan barulah gembala membuka bekal untuk makan. Kita punya hal prerogative mau memilih sebagai gembala yang mana, tentu pilihan tersebut dengan segala konsekwensinya pada saat kita melapor dan mempertanggung jawabkan kepada pemberi amanah.

Apa yang dapat kita lakukan sebagai gembala yang baik.
Bagaimana kemiskinan absolute.
Yu Raminten, yu Ringgit , mbok Tun, mbok Sup, wak Glendang dll adalah golongan miskin absolute, yang secara ekonomis tidak mungkin dapat diberdayakan, umumnya karena usia lanjut, biasanya janda kaum buruh pedesaan, yang anak anaknya juga hidup pas pas an dan biasanya juga berprofesi sebagai buruh (Kategory sangat miskin dengan pendapatan yang tidak jelas), dan pasti tidak punya tunjangan pensiun, golongan inilah yang kami prioritaskan untuk mendapat santunan.Dengan segala keterbatasan kami mencoba meringankan beban mereka (hanya dilingkungan kecil) dengan cara secara rutin membantu kebutuhan berasnya, kadang kujenguk dirumahnya yang ruang tidur dan dapurnya jadi satu dan berlantai tanah, diatas meja bambo biasanya ada kendi air dan ada toples kecil yang berisi beras, mereka hanya cukup ¼ kg beras perhari, lauknya ramban sayur sayuran disekitarnya.

Bagaimana dengan anak yatim.
Tondo dan Tjandra waktu ditinggal mati bapaknya masih berumur 2 tahun, maknya sudah tidak kawin lagi sekarang Tondo sudah klas 2 SMP dan kemarin raportnya masuk ranking satu, tentu Tondo juga ingin kalau lihat temannya yang sebaya sekolah dengan membawa tas dan pakai sepatu, kami juga harus berbagi kasih dengan Tondo dan Tjandra.

Bagaimana dengan bina mental.
Remaja yang pulang kedesa dari kerjanya buruh pabrik dikota banyak yang membawa budaya negative, minum AO (anggur obat dengan alcohol 15%) adalah hal biasa, cangkruan dan ngganggu orang lewat menjadi kebiasaan yang dilakukan dan kemarin Rini gadis kecil umur 16 tahun hamil sak kampong gegeran akhirnya Rini diungsikan kefamilinya di Surabaya sampai anaknya lahir. Belum lagi pengaruh tayangan TV yang rasanya kok banyak hal hal negative yang ditiru, Preventive dengan menyediakan kegiatan olah raga dan membina sekolah diniyah sore hari barangkali sekarang diikuti sekitar 90 santri kecil dengan 5 orang ustadzah.

Bagaimana dengan Ustadzah, chotib sholat Jumat, rekening listrik masjid dll.
Beliau beliau adalah pejuang dijalan kebenaran, yayasan hanya mampu pada akhir bulan memberikan sejumlah kecil sebagai tali asih dan sekedar bingkisan lebaran, dan tentu Maha Kaya akan memberi balasan lebih baik dan berlipat.

Bagaimana dengan hari besar islam.
Dua hari raya idul fitri dan idul qurban adalah saat warga kampong mudik, saya bersukur masih diberi kesempatan dan saya selalu mengadu bahwa sungguh saya sudah banyak menerima limpahan kasih Nya tetapi selalu tak tambahi “ duh gusti kalau beli baju untuk anakku aku sudah berlebih, tetapi kalau ditambah saya kan bisa beli sarungnya wak Ponadi beli bajunya Tondo dan beli jariknya yu Gemi dll) “ , dan yang Maha Kaya liwat jalan manapun mengabulkan.
Dan semuanya terkoordinasi dibawah kegiatan Yayasan, begitu pula pada hari raya Qurban betapa nelongsonya mereka kalau harapannya makan daging setahun sekali tidak terpenuhi.


Dari mana sumber dananya.
Berawal dari wasiat dan amanat Almarhum Mbah H Romly dan almarhum Abah H Sulaiman , kami sudah ditinggali tanah wakaf , tempat ibadah dan sekolah madrasah ibtidaiyah ,selanjutnya kami mencoba melangkah dengan menghimpun hak/dana kaum miskin dan anak yatim yang ada dalam rizki keluarga (saudara, sepupu dll), kemudian membuat badan hukum Yayasan Darussalam, membuka rekening bank atas nama Yayasan dan saat ini alhamdulillah juga sudah mempunyai aktiva produkstiv berupa lahan sawah pertanian, dari kotak amal sholat jum’at, dari penjualan buah mangga yang di tanam dihalaman masjid dan sumbangan dermawan tanpa ikatan, sumber dana lainnya adalah infaq dari jamaah.

Infaq dari jamaah.
P Romi, P Busro dll menjelang musim tanam padi kesulitan modal untuk beli sarana produksi, kalau hutang di BRI selain prosedur yang harus dilalui juga harus punya agunan (sertifikat rumah, BPKB kendaraan dll) dan dengan bunga 12,6% per musim tanam (4 bulan), nah biasanya mereka pinjam uang yayasan tanpa bunga tetapi memberikan infaq sesuai kemampuannya, faktanya rata rata mereka memberi infaq sampai 10% dari pinjaman dan tidak satupun peminjam yang nakal.

Apakah dananya cukup.
Zero to Zero berangkat kosong kembali kosong, pengurus tidak mempunyai hak memanfaatkan dana untuk keperluan pribadi, ternyata dana tersedia belum pernah deficit meskipun termasuk untuk tambahan bangunan fisik dan perawatan, dan tentu kami tidak lakukan penggalian dana dengan menutup jalan untuk mbangun masjid atau keliling membawa mobil dengan pengeras suara, buku catatan keuangan terbuka untuk dilihat umat, untuk mengeluarkan dana diperlukan 2 tanda tangan pengurus harian dan 2 tanda tangan bendahara untuk pencairan ke Bank.

Dimana sih lokasinya.
20 km dari kota Kabupaten Jombang, desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, telpne sering rusak dadi nek telp 081259125600 sekarang di kelola oleh:

Pelindung : Pamanku H Thoha Sampuro.
Ketua : Pamanku H Shohib Sampuro.
Sekretaris : Yuk ku Muniroh.
Bendahara : Bulikku Hj Suslichatin.
Sing mlaku : Aku dewe karo adikku Amin El Thomhari.

Mudah mudahan aku terhindar dari sifat riya, yang ku inginkan barangkali model ini dapat dikembangkan juga ditempat lain.